Senin, 22 Februari 2016

Renungan (Nasihat bagi Pemuda-Pemudi)


Nasihat bagi Pemuda-Pemudi
Pasal 11 : 9 – 10

9 Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!

10  Buanglah kesedihan dari hatimu dan jauhkanlah penderitaan dari tubuhmu, karena kemudaan dan fajar hidup adalah kesia-siaan.

Pasal 12 : 1 - 8
1   Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!,"

2  sebelum matahari dan terang, bulan dan bintang-bintang menjadi gelap, dan awan-awan datang kembali sesudah hujan,

3  pada waktu penjaga-penjaga rumah gemetar, dan orang-orang kuat membungkuk, dan perempuan-perempuan penggiling berhenti karena berkurang jumlahnya, dan yang melihat dari jendela semuanya menjadi kabur,

dan pintu-pintu di tepi jalan tertutup, dan bunyi penggilingan menjadi lemah, dan suara menjadi seperti kicauan burung, dan semua penyanyi perempuan tunduk,

5  juga orang menjadi takut tinggi, dan ketakutan ada di jalan, pohon badam berbunga, belalang menyeret dirinya dengan susah payah dan nafsu makan tak dapat dibangkitkan lagi  —  karena manusia pergi ke rumahnya yang kekal dan peratap-peratap berkeliaran di jalan,

6  sebelum rantai perak diputuskan dan pelita emas dipecahkan, sebelum tempayan dihancurkan dekat mata air dan roda timba dirusakkan di atas sumur,

7  dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.

8   Kesia-siaan atas kesia-siaan, kata Pengkhotbah, segala sesuatu adalah sia-sia.

Jika ditanya untuk memilih apakah mau hidup senang atau susah, pasti kebanyakan orang memilih untuk hidup senang. Bahkan  untuk mendapatkan sesuatu yang disenangi, tak jarang orang-orang bisa melakukan tindakan yang berujung pada perbuatan yang tidak diperkenankan oleh Tuhan. Contohnya saja karena keinginan untuk mendapatkan banyak uang secara cepat dan banyak kebutuhan dan keinginan yang mendesak, membuat orang mencuri bahkan menjual diri dan lain sebagainya.

Sobat terkasih, pada nats ini mengajarkan kepada kita, terkhususnya orang-orang muda yang mudah sekali terpikat oleh keinginan dunia. Sifat manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang ia miliki membuat kita menginginkan banyak hal dan mengusahakan banyak cara untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan dan hal tersebut dapat membuat kita perlahan-lahan jauh dari Tuhan. Saat diajak beribadah ada yang menjawab dan terlalu banyak alasan yag dilontarkan, lagi malaslah, mau jalan-jalan, mau pergi ketemu temanlah dan aktivitas lain yang mungkin bisa kita lakukan dilain waktu. Dan hal seperti itulah yang sering membuat kita melupakan hubungan kita dengan Tuhan.

Mazmur  84 : 10  (84-11) “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.”

Sobat terkasih, perlu kita ketahui bahwa dunia ini semakin jahat dan kalau kita tidak dengan Tuhan, bisa saja kita terseret kedalamnya. Orang-orang sering berkata “ kita harus menikmati masa muda.” Ya, memang ada benarnya juga karena kita hidup hanya sekali. Namun, cara menikmati masa muda seperti apa yang dimaksud? Apakah dengan merusak diri dengan minuman keras, rokok, narkoba, free sex dan hal-hal lainnya atau hidup takut akan Tuhan?

1 Korintus  5 : 11  “Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.”

1 Korintus  6 : 9 - 10 “Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,

pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”

Sobat terkasih, dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, kejahatan yang dilakukan pun semakin bertambah. Dan kesetiaan kita kepada Tuhan diuji bukan saat hanya saat kita didepan banyak orang saja,  yang terkadang membuat kita berpura-pura terlihat baik. Namun kita harus mengetahui bahwa Tuhan itu maha mengetahui setiap apa yang kita lakukan maupun yang kita pikirkan dan kita tidak bisa bersembunyi dari hadapanNya. (Baca :  Mazmur 139). Dan perlu kita ketahui juga, semakin kita dekat dengan Tuhan semakin besar upaya iblis untuk menjatuhkan kita. Janganlah kita membuat celah yang dapat menjadi tempat iblis untuk masuk dan merusak pertahan kita.




Rabu, 17 Februari 2016

Renungan (Mensyukuri atau Menyombongkan Diri?)



Peringatan Kepada Orang Kaya
Yakobus 5 : 1 – 6

1  Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu!

2  Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat!

3 Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir.

4  Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu.

5  Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan.

6  Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar dan ia tidak dapat melawan kamu.


Mensyukuri atau Menyombongkan Diri?

Suatu ketika saya mendengarkan cerita yang dibawakan kakak saya di Sekolah Minggu mengenai kisah Ayub, ia bertanya kepada anak-anak sekolah minggunya : “sebutkan ciri-ciri orang kaya?”

Ada yang berkata, “punya banyak uang , punya mobil, punya rumah yang bagus dan lain sebagainya.”

Ayub adalah seorang yang sangat kaya dan ia juga orang yang saleh dan takut akan Tuhan.

Ayub 1 : 1 & 3  “Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.

Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur.”

Menurut saya, Ayub menjadi salah satu teladan yang luar biasa karena kesalehannya. Meskipun ia dicobai oleh iblis dengan cobaan sangat berat, ketika ternak-ternaknya dirampas, ketika semua anak-anaknya mati,  ketika ia mendapat penyakit, Ayub tetap taat kepada perintah Tuhan.

Namun, saya mulai berpikir mengapa orang kaya diperingatkan dalam Alkitab? Salah satu contohnya dalam nats ini. Mungkin karena kekayaan yang dimiliki oleh orang kaya, sehingga ia bisa saja menjadi sombong dan dalam nats ini juga orang kaya ini tidak hanya diperingat karena kesombongannya, namun karena keegoisannya dan sifat kikir yang dimilikinya juga. Ini bukan mengenai “kekayaannya” tetapi sikap yang ia ambil, apakah orang kaya tersebut mengucap syukur atau menyombongkan diri dengan berkat yang diberikan Tuhan kepadanya. Perlu kita ketahui, setiap sikap yang kita ambil entah itu baik ataupun tidak, pasti ada efek yang kita terima tergantung pilihan kita mau untuk menjadi baik atau buruk.

1Kor 6:10  “pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”

Amsal 16 : 6 & 7 “ Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya:

mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah,”


Kekayaan bukan hanya harta benda yang kita miliki saja, tapi juga kemampuan dan talenta yang Tuhan berikan kepada kita, terkadang membuat kita menyombongkan diri. Harus kita sadari, semua yang kita miliki adalah sesuatu yang fana dan akan lenyap pada saatnya termaksud hidup kita. Untuk itu, belajarlah kita untuk selalu mensyukuri bukan menyombongkan diri atas berkat-berkat Tuhan.





Selasa, 16 Februari 2016

Renungan (Anugerah Pengampunan dari Allah)



Ulangan 21 : 18 - 21
Anak yang Durhaka


18   "Apabila seseorang mempunyai anak laki-laki yang degil dan membangkang, yang tidak mau mendengarkan perkataan ayahnya dan ibunya, dan walaupun mereka menghajar dia, tidak juga ia mendengarkan mereka,

19   maka haruslah ayahnya dan ibunya memegang dia dan membawa dia keluar kepada para tua-tua kotanya di pintu gerbang tempat kediamannya,

20   dan harus berkata kepada para tua-tua kotanya: Anak kami ini degil dan membangkang, ia tidak mau mendengarkan perkataan kami, ia seorang pelahap dan peminum.

21   Maka haruslah semua orang sekotanya melempari anak itu dengan batu, sehingga ia mati. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu; dan seluruh orang Israel akan mendengar dan menjadi takut."



Anugerah Pengampunan dari Allah

Cerita “Malin Kundang” mengisahkan tentang seorang anak yang durhaka terhadap ibunya. Karena kesombonganya, ia tidak mau mengakui ibu kandungnya sendiri. Akhirnya ia mendapat hukuman atas kesalahannya karena ia durhaka terhadap orang tuanya dan ia berubah menjadi. Mungkin ini hanya dongeng yang sering diceritakan kepada anak-anak namun ini juga pembelajaran bagi kita untuk menghargai dan menghormati orang lain terutama orang tua kita.

Durhaka sama artinya dengan orang-orang yang suka melawan atau tidak mau menuruti perintah entah itu perintah orang tuanya atau perintah Tuhan, bahkan dikatakan sebagai seorang pemberontak.

Ketika seseorang durhaka terhadap orang tuanya, kita bisa saja langsung mengetahuinya dengan melihat kebiasaan-kebiasaannya yang degil dan pembangkang atau hal lain yang ia lakukan. Karena kesalahan yang dilakukannya itu, ia bisa saja mendapat hukuman yang berat (ayat 21). Namun karena kasih sayang orang tua, mereka tidak ingin agar anak-anaknya terjerumus dalam hal-hal jahat, maka mereka terus mendoakan anak-anaknya untuk menjadi yang lebih baik.

Lalu bagaimana jika seseorang yang durhaka terhadap Tuhan? Pasti kita akan berpikir betapa berat hukuman yang kita akan terima. Terkadang kita bertanya dalam hati kita,
“apakah Tuhan masih mau mengampuni dosa kita?”

Yang perlu kita ketahui bahwa ketika kita percaya bahwa Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, kita juga harus yakin bahwa dosa-dosa kita sudah ditebus oleh darah-Nya yang mahal diatas kayu salib.

Efesus 1:7 “ Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya”

Dan jika kita orang-orang berdosa mau mengampuni kesalahan orang-orang kita kasihi, apalagi Bapa kita yang di Sorga.

Matius 7:11  “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."

Harus kita sadari, bahwa Allah sangat menyayangi dan mengasihi kita dan Ia mau agar kita kembali kepada-Nya

Lukas 15:10  “Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat."


Buat apa kita menunggu lagi, jika kesempatan itu masih diberikan kepada kita. Jangan sia-siakan hal itu.

Senin, 15 Februari 2016

Renungan (Mensyukuri semua berkat dari Tuhan)




Bilangan 11 : 31 – 35 (Burung Puyuh)

31  Lalu bertiuplah angin yang dari TUHAN asalnya; dibawanyalah burung-burung puyuh dari sebelah laut, dan dihamburkannya ke atas tempat perkemahan dan di sekelilingnya, kira-kira sehari perjalanan jauhnya ke segala penjuru, dan kira-kira dua hasta tingginya dari atas muka bumi.

32  Lalu sepanjang hari dan sepanjang malam itu dan sepanjang hari esoknya bangkitlah bangsa itu mengumpulkan burung-burung puyuh itu  —  setiap orang sedikit-dikitnya mengumpulkan sepuluh homer  — , kemudian mereka menyebarkannya lebar-lebar sekeliling tempat perkemahan.

33  Selagi daging itu ada di mulut mereka, sebelum dikunyah, maka bangkitlah murka TUHAN terhadap bangsa itu dan TUHAN memukul bangsa itu dengan suatu tulah yang sangat besar.

34  Sebab itu dinamailah tempat itu Kibrot-Taawa, karena di sanalah dikuburkan orang-orang yang bernafsu rakus.

35  Dari Kibrot-Taawa berangkatlah bangsa itu ke Hazerot dan mereka tinggal di situ.


Mensyukuri Semua Berkat dari Tuhan

Dalam kehidupan kita, lebih banyak kita mengeluh dibandingkan mensyukuri berkat - berkat yang sudah kita peroleh dari Tuhan. Bahkan terkadang kita terlihat serakah dalam mengambil berkat – berkat Tuhan.
Kata “serakah” sering diidentikan dengan orang-orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri atau egois. Orang-orang yang serakah akan berusaha mengambil sesuatu yang ia inginkan lebih dari yang ia butuhkan dan tidak memperdulikan orang lain.
Tuhan memberikan banyak berkat dalam kehidupan kita, namun seringkali kita merasa berkat-berkat itu tidaklah cukup. Banyak hal yang dapat kita syukuri setiap harinya : Nafas kehidupan, kesehatan, bisa menikmati hari yang baru, memiliki mata yang bisa melihat, memiliki keluarga yang menyayangi kita dan banyak hal lainnya, karena tidak semua orang dapat menikmati itu semua. Tapi terkadang kita merasa itu kurang atau belum cukup. Tanpa kita sadari, karena keserakahan kita bisa merugikan orang lain bahkan mendatangkan murka Allah.
Bagaimana dengan kita, apakah kita mau menjadi orang-orang yang selalu mengucap syukur atau selalu mengeluh dalam kehidupan kita?




Renungan (Tentang Tolong-Menolong)


Ulangan 22 : 1 – 4
Tentang Tolong-Menolong




1  "Apabila engkau melihat, bahwa lembu atau domba saudaramu tersesat, janganlah engkau pura-pura tidak tahu; haruslah engkau benar-benar mengembalikannya kepada saudaramu itu.
2  Dan apabila saudaramu itu tidak tinggal dekat denganmu dan engkau tidak mengenalnya, maka haruslah engkau membawa hewan itu ke dalam rumahmu dan haruslah itu tinggal padamu, sampai saudaramu itu datang mencarinya; engkau harus mengembalikannya kepadanya.
3  Demikianlah harus kauperbuat dengan keledainya, demikianlah kauperbuat dengan pakaiannya, demikianlah kauperbuat dengan setiap barang yang hilang dari saudaramu dan yang kautemui; tidak boleh engkau pura-pura tidak tahu.
4  Apabila engkau melihat keledai saudaramu atau lembunya rebah di jalan, janganlah engkau pura-pura tidak tahu; engkau harus benar-benar menolong membangunkannya bersama-sama dengan saudaramu itu."

Sebagai makhluk sosial manusia tentunya membutuhkan bantuan dari orang lain dan pernah membantu orang lain. Entah itu, membantu saat mengerjakan sesuatu atau meminjamkan barang dan lain sebagianya. Namun, sering kali ada orang-orang yang hanya mau membantu atau menolong orang yang dia kenal saja. Apakah yang mengalami masalah itu adalah anggota keluarganya atau teman-temannya atau orang yang tidak dikenalinya sama sekali. Ketika ia mengetahui bahwa orang itu bukan orang yang ia kenal, pasti ada yang berkata :
“ Ah, bodoh amat, bukan saudara saya buat apa saya bantu.”
Tidak hanya itu, bahkan ada juga orang yang ingin memberi pertolongan pada orang lain jika ada imbalannya atau dengan kata lain tidak tulus dalam membantu. Hal ini sering kita temui dalam lingkungan kita yang membuat diri kita menjadi orang-orang yang tidak iklas dalam membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan. Kata “saudara” bukan berarti saudara yang sedarah dengan kita atau kakak dan adik kita saja, tapi kepada siapa saja baik itu orang yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal yang memerlukan bantuan kita.
Satu pertanyaan untuk diri kita, apakah bantuan yang kita berikan kepada orang lain itu tulus dari  hati kita atau tidak sama sekali?
Janganlah kita egois dan tak mau memperdulikan orang lain yang memerlukan bantuan kita.


Minggu, 17 Januari 2016

Renungan (KELUARGA ALLAH YANG MEMBAWA PERUBAHAN)



Kolose 3 : 1 – 17

1.     Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.
2.     Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
3.     Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
4.     Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
5.     Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,
6.     semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka).
7.     Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya.
8.     Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.
9.     Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,
10.   dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;
11.   dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.
12.   Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.
13.   Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.
14.   Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.
15.   Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.
16.   Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.
17.   Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.



Thema :
KELUARGA ALLAH YANG MEMBAWA PERUBAHAN

Ketika ingin melakukan perubahan pada lingkungan kita, dalam hal ini kita sebagai bagian dari keluarga kerajaan ALLAH yang ada di dunia ini harus melakukan pengaruh pengaruh yang baik untuk hormat dan kemuliaan bagi nama Tuhan kita Yesus Kristus. Ada dua hal yang kita lakukan agar dapat memberi pengaruh pada lingkungan yang kita ubah, yakni:

v  Kita Harus Mengubah Pola Pikir  Kita (Ayat 1 – 4)

Mengapa kita harus mengubah pola pikir kita?
Ada tiga dasar yang menjadi alasan mengapa kita harus mengubah pola pikir kita.
  1.  Karena kita telah dibangkitkan bersama-sama dengan Kristus. Saat kita dibaptis menandakan bahwa kita anak-anak ALLAH telah mendapat pelepasan dan menjadi bagian dalam keluarga kerajaan ALLAH. (ayat 1)
  2. Kita telah dan akan dimuliakan bersama-sama dengan Kristus. (ayat 2)
  3. Kita telah dikuduskan menjadi orang-orang pilihan ALLAH. (ayat 12)

Bagaimana caranya kita mengubah pola pikir kita?
          Kita harus mencari perkara yang diatas atau perkara sorgawi, tentang ALLAH yang Maha Kudus, ALLAH yang Maha Kuasa, ALLAH yang penuh kasih dan kita harus pikirkan serta memahaminya dengan baik agar kita tidak melakukan hal-hal yang berkenan dihadapan Tuhan.
         Mengapa kita harus memikirkan perkara-perkara sorgawi?
Karena ketika kita masih ada didalam dunia ini, kita akan memikirkan hal-hal yang bersifat duniawi dan melakukan semua hal dengan seenaknya tanpa memikirkan apakah itu berkenan di hadapan Tuhan atau tidak.
Kita sebagai anak-anak ALLAH harus memberikan teladan atau menjadi contoh dilingkungan kita, meskipun akan sangat sulit kita lakukan tanpa pertolongan Tuhan. Berbeda dengan ketika kita hanya mengajar, memang hal ini bisa dilakukan oleh semua orang, tetapi ketika kita harus menjadi teladan bagi orang lain itu hal yang sangat sukar.
Oleh karena itu, ketika kita jatuh dalam dosa jangan kita menjauhkan diri dari Tuhan karena ALLAH kita ALLAH yang Pengasih dan Maha Mengampuni.

v  Kita Harus Mengubah Pola Hidup Kita (Ayat 5-17)
Bagaimana kita mengubah pola hidup kita?

  1. Mematikan atau meninggalkan segala sifat duniawi yang ada dalam diri kita (ayat 5-7). Hal ini bukan artinya kita meninggalkan atau membuang barang-barang duniawi yang kita miliki. Kita boleh saja mengerjakan banyak hal dalam dunia ini untuk memenuhi kebutuhan kita, namun ingat bahwa semua yang kita miliki hanya untuk hormat dan kemuliaan bagi nama Tuhan bukan untuk kesenangan diri sendiri tanpa mempedulikan pelayanan Tuhan.
  2. Menjadi manusia baru (ayat 8-10). Artinya kita meninggalkan kebiasaan-kebiasaan kita yang lama, yakni hal-hal yang tidak berkenan dihadapan Tuhan.
  3. Hidup damai dalam kasih Tuhan (ayat 11-17). Kita sebagai anak-anak ALLAH yang memberi pengaruh yang baik dalam lingkungan sekitar, kita harus memberikan contoh nyata salah satunya adalah hidup saling mengasihi karena kita adalah bagian dari keluarga Kerajaan ALLAH yang tinggal di dunia.


Bpk. Pdt. Simon Ndapatamu, S.Th