Senin, 15 Februari 2016

Renungan (Mensyukuri semua berkat dari Tuhan)




Bilangan 11 : 31 – 35 (Burung Puyuh)

31  Lalu bertiuplah angin yang dari TUHAN asalnya; dibawanyalah burung-burung puyuh dari sebelah laut, dan dihamburkannya ke atas tempat perkemahan dan di sekelilingnya, kira-kira sehari perjalanan jauhnya ke segala penjuru, dan kira-kira dua hasta tingginya dari atas muka bumi.

32  Lalu sepanjang hari dan sepanjang malam itu dan sepanjang hari esoknya bangkitlah bangsa itu mengumpulkan burung-burung puyuh itu  —  setiap orang sedikit-dikitnya mengumpulkan sepuluh homer  — , kemudian mereka menyebarkannya lebar-lebar sekeliling tempat perkemahan.

33  Selagi daging itu ada di mulut mereka, sebelum dikunyah, maka bangkitlah murka TUHAN terhadap bangsa itu dan TUHAN memukul bangsa itu dengan suatu tulah yang sangat besar.

34  Sebab itu dinamailah tempat itu Kibrot-Taawa, karena di sanalah dikuburkan orang-orang yang bernafsu rakus.

35  Dari Kibrot-Taawa berangkatlah bangsa itu ke Hazerot dan mereka tinggal di situ.


Mensyukuri Semua Berkat dari Tuhan

Dalam kehidupan kita, lebih banyak kita mengeluh dibandingkan mensyukuri berkat - berkat yang sudah kita peroleh dari Tuhan. Bahkan terkadang kita terlihat serakah dalam mengambil berkat – berkat Tuhan.
Kata “serakah” sering diidentikan dengan orang-orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri atau egois. Orang-orang yang serakah akan berusaha mengambil sesuatu yang ia inginkan lebih dari yang ia butuhkan dan tidak memperdulikan orang lain.
Tuhan memberikan banyak berkat dalam kehidupan kita, namun seringkali kita merasa berkat-berkat itu tidaklah cukup. Banyak hal yang dapat kita syukuri setiap harinya : Nafas kehidupan, kesehatan, bisa menikmati hari yang baru, memiliki mata yang bisa melihat, memiliki keluarga yang menyayangi kita dan banyak hal lainnya, karena tidak semua orang dapat menikmati itu semua. Tapi terkadang kita merasa itu kurang atau belum cukup. Tanpa kita sadari, karena keserakahan kita bisa merugikan orang lain bahkan mendatangkan murka Allah.
Bagaimana dengan kita, apakah kita mau menjadi orang-orang yang selalu mengucap syukur atau selalu mengeluh dalam kehidupan kita?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar